Disaat benih bayi yang sangat
mungil ditiupkan ruh ke dalam raganya, maka Allah telah menyiapkan sebuah buku
nasib yang berisikan rangkaian cerita yang akan dijalani sepanjang hidupnya
kelak. Tidak ada yang bisa mengubah, selain dengan bantuan Allah SWT sendiri. Dan
itu lah garis hidup tiap manusia, yang akan berjalan sesuai dengan
episode-episode cerita dalam buku nasib yang ditetapkan untuknya. Dari sana
pula Allah memberikan ujian-ujian kecil, dimana dia meminta kita untuk
menghadapi dan mencoba memecahkannya dengan sabar dan tawakkal, dimana ujian –ujian
tersebut menjadi penentu apakah kita layak untuk naik kelas pada jenjang
selanjutnya. Disinilah kita diminta untuk dapat menjadi manusia yang lebih baik
dari sebelumnya, agar suatu hari kita mampu menjadi kandidat-kandidat pilihan
Allah yang berkualitas.
Kadang didalam buku tercatat suatu
cerita yang membelokkan kita dari norma dan logika yang membuat kita terjebak
dalam episode yang memabukkan. Sejenak kita menjadi sosok egois dan berpola tak
perduli. Kita teriming-imingi oleh kebahagiaan hidup yang membuat kita percaya,
bahwa takdir kita memang cukup sampai dalam keadaan indah seperti itu. Kau tahu
kenapa? Karena Allah telah mengaruniakan sebongkah hati yang merdeka untuk
merasakan segala hal yang kita hadapi. Tapi disisi lain, Allah juga
mengaruniakan sebuah akal untuk berpikir pada tiap hal yang disajikan-Nya.
Sebenarnya aku tak mengerti apa
maksud dan tujuanku merangkai kata-kata ini. Tapi sebuah curahan hati temanku
membuatku sejenak merasa berempati, hingga tak terasa terenyuh dalam buraian
air mata simpati. Betapa hidup ini menguraikan berbagai ragam cerita yang harus
dijadikan pelajaran bagi kita sebagai hamba-Nya.
Hati yang merdeka yang kita
miliki ditetapkan untuk berhak mencintai atau membenci siapa pun. Ada kalanya
hati dan akal sejalan, tapi ada kalanya juga bertentangan. Dan saat
bertentangan itu lah kita diuji bagaimana cara keluar dari keterjebakan yang
berkepanjangan, karena jika hati dan akal tak sejalan, dapat membuat beban yang
menghimpit dan rentan akan keputusasaan dan kekecewaan. Bahkan kita sibuk
menyalahkan keadaan dan hal-hal sekeliling kita yang sama sekali tidak
berkontribusi dalam membahagiakan kehidupan kita sebagai manusia. Kita lebih
terfokus bahwa kita ingin bahagia sebagaimana orang lain, tapi terkadang kita
sedikit alpa untuk menoleh sejenak apakah orang-orang yang menyayangi kita dan
kita sayangi menangis kecewa untuk tiap pilihan yang kita buat.
Yah, setiap keputusan memiliki
konsekuensi-konsekuensi yang harus kita pikirkan matang-matang. Semua orang,
bahkan diriku sendiri berpegang bahwa setiap manusia berhak untuk dicinta
mencintai. Tapi kadang azaz tersebut hanya berlaku pada hubungan dua pasang
manusia yang sedang kasmaran. Padahal azaz tersebut berlaku juga untuk
anak-anak dan orang tua yang melahirkan kita. Karena sebenarnya, cinta itu
universal. Dan kala kita terjebak dalam ujian seperti itu, cobalah untuk
berdamai dengan logika, dan carilah cara terbaik agar wajah orang-orang yang selalu mengasihi dan mendoakan kita dalam kebaikan, berhiaskan senyum kebahagiaan pada akhirnya. Meski sulit, pasti Allah telah menyiapkan cara,
selama kita tak pernah menyerah untuk berusaha. Semangat! :)
No comments:
Post a Comment