The Inspiring Quote

"Apabila engkau merasa letih karena berbuat kebaikan, maka sesungguhnya keletihan itu akan hilang dan kebaikan akan terus kekal.
Sekiranya engkau bersenang-senang dengan dosa, maka sesungguhnya kesenangan itu akan hilang dan dosa yang dilakukan akan terus kekal."
(Umar bin Al-Khathab)

Monday, December 10, 2007

No Title

Janganlah sekali kali mengukur kebaikan dirimu dengan nilai nominal,
selain tidak menunjukkan keikhlasan, maka rezekimu hanya akan sebatas nilai nominal yang telah kau ukur,
atau mungkin kau tidak akan mendapatkan apa-apa

Sebaliknya, jika kau ikhlas dalam menolong orang lain,
dan dirimu tidak pernah bisa menilai kebaikan yang telah kau berikan.
Yakinlah, sekecil apapun suatu kebaikan, jika didasari dengan keikhlasan yang tulus.
Maka suatu hari kelak Allah akan membalasnya dengan nikmat yang barokah tiada tara.

Kuncinya adalah tulus, ikhlas, ikhtiar, do'a dan kesabaran.
Hikmah selalu mendewasakan diri dibelakang.
Dan akan menyembul kuntum hikmahnya nan indah, yang dapat kita petik untuk menjadi suatu "PELAJARAN HIDUP". Readmore »»

Monday, December 3, 2007

Curhat

This month is December. Dua hari lagi Zahwa genap berusia 3 tahun. Dan tiga belas hari lagi my husband berusia 33 tahun. Unik juga jika melihat angka 3 yang tersusun diantara ulang tahun mereka ditahun 2007 ini. Bahkan usiaku juga menggunakan angka yang sama, 30 tahun.
Hmm, mendekati hari ulang tahun mereka, begitu banyak yang kurenungkan. Betapa tahun ini adalah tahun yang terberat yang menyajikan beragam cobaan yang silih berganti. Namun tentu hikmah pasti akan tersembul dari balik persembunyiannya. Hikmah yang terbaik yang dapat memberikan aku pelajaran yang dapat aku petik sebagai bekal dalam melangkah dalam babak kehidupanku selanjutnya.
Allah memang memiliki caranya tersendiri dalam membelalakkan mataku. Memaksaku untuk lebih menelaah berbagai macam karakter manusia disekelilingku. Dimana begitu banyak sosok-sosok yang bernafas dengan topeng kemunafikan diwajah mereka. Mengerlingkan senyuman dikala butuh, lalu memalingkan muka dan menjauh dikala kita sudah dianggap tak berguna.
Sungguh ini pelajaran berharga yang membuat aku bersyukur. Karena dengan cobaan ini betapa aku tahu siapa yang dapat kupandang dengan ketakjuban ketika simpati dan pertolongan mengaliri suatu jalinan persahabatan sejati. Dan aku juga dapat mendepak jauh-jauh rasa percaya pada orang-orang yang hanya membentangkan azaz manfaat padaku. Sehingga aku mencabut nilai persahabatan yang pernah tertanam, karena mereka adalah orang yang tak berhak untuk menjadi seorang sahabat. Bagiku mereka hanyalah seonggok daging yang bernafas yang hanya menjadi benalu dalam kehidupan. Entah mereka masuk dalam golongan manusia, atau golongan jelangkung yang datang tak diundang dan pulang tak diantar, atau alien yang bermuka seperti ular beludak yang datang tampak muka dan pulang tak tampak punggung.
Jika mengedepankan sakit hati, mungkin aku adalah orang yang paling merasa terzalimi. Betapa tidak, apakah keikhlasan bentangan bantuan yang kami berikan tak ada nilainya sama sekali. jangankan untuk membalas walau secuil, terima kasih pun tak ada dilontarkan. Cerita tentang ini suatu saat akan kuuraikan detail demi detail, agar cerita menyedihkan ini dapat menjadi cambukku untuk melangkah. Agar kelak anak-anakku dapat membaca dan menarik benang merah dalam kisah tragis ini.
Kembali kepada hari ulang tahun. Tanggal 15 Desember adalah my husband's birthday. Betapa aku bersyukur kepada Tuhan karena Dia telah memberikan pasangan yang terbaik, yang telah menyiramiku dengan begitu banyak cinta. Dibalik emosinya yang sering meledak-ledak, tak pernah mengurangi perhatian dan kasih sayangnya. Semua yang kurasakan selalu sama dari pertama bertemu pada tanggal 11 Desember 1999 yang lalu, sampai sekarang. Bahkan hari demi hari cinta itu menjadi lebih kuat, kokoh dan semakin indah. Walau begitu banyak kekurangan yang kumiliki, namun aku selalu diterima dengan apa adanya dalam pelukan hangat yang penuh makna cinta. Mungkin penerimaan itu yang mengosongkan ingatanku akan kekurangannya. Bahkan jika aku diminta mengisi kuesioner yang memilah kelebihan dan kekurangannya. Yang pasti kekurangan hanya akan menjadi luang kosong yang tak mampu aku isi. Karena kekurangan itu hanya muncul dikala emosi lagi tersulut sebentar. Setelah padam, semuanya sirna tanpa bentuk. Yah, itu lah cinta. Saling memberi dan menerima...
Tidak terasa sudah delapan tahun kebersamaan ini terbina. Tapi semua seperti baru berlangsung kemarin. Tidak ada yang berubah, masih ada topik yang didiskusikan, masih erat perhatian yang dikalungkan, masih ada rindu yang disimpan dari menit ke menit tatkala tak bertemu meski jangka waktu dalam hitungan jam, masih ada cengkrama-cengkrama yang mengumandangkan canda tawa sepasang insan, dan masih banyak cerita yang membumbui perjalanan kisah hendra dan endang, penuh hal-hal menarik yang tidak akan pernah terlupakan selama helaan nafas masih terdengar dalam degupan jantung. Semua benar-benar seperti terjadi baru kemarin, tapi dikala tersadar, ternyata kami telah memiliki tiga bocah nakal yang menggemaskan dalam buaian kami. Tapi meski telah dikelilingi ketiga anak-anak yang manis ini, mengapa kami masih kekanak-kanakan, yang masih saling merindukan jika tak saling bersama, yang masih mencari jika tak saling melihat satu sama lain, yang masih merasa ada yang kurang jika belum saling melengkapi. Cinta itu memang aneh, namun menyajikan keindahan tersendiri yang mewarnai tingkah polah kehidupan dengan caranya.
Dear my honey, I really loved you yesterday, I really love you today, and I believe I will really love you tomorrow, forever and after...
Happy birthday for both of you my special people in my life. Because of you, life is beautiful... Readmore »»

Tuesday, November 20, 2007

Para Sahabat yang Berhati Kerdil

Tangisan bukan untuk dibagi
Duka derita dipeluk sendiri
Kesenangan dinikmati bersama silih berganti
Luka perih merintih
Tiada sahabat yang perduli

Hidup ini kejam
Tapi realita harus tetap direngkuh
Tak mengeluh
Tak menangis
Walau jalinan kawan kian menjauh

Hidup ini adalah arus yang mengalir
Aku sedang terjebak dalam palung deras
Memuntirku
Menggilingku
Menghempaskan tubuhku hingga tak berdaya
Memaksaku berputus asa dalam perjuangan

Tapi hidup memang perjuangan
Meski uluran tangan dari sahabat tak jua ditawarkan
Walau matanya merekam derita yang terlantunkan
Namun sungguh pandangannya tak berbelas kasihan
Seakan dia menikmati keterpurukan ini

Aku menangis dalam penyesalan
Aku merasa kebaikan tersaji dahulu
Dalam ikatan persahabatan sebelumnya
Tiada memberikan keindahan
Selain rasa sakit
Ditinggalkan
Dicampakkan
Dihina
Dicibir
Dihempaskan
Dipandang seraya menghujam kesinisan

Palung ini kian memutarku
Hingga aku hampir tak bernafas
Aku terseok
Aku terkapar
Aku teraniaya

Tapi hidup ini adalah perjuangan
Perjuangan ini adalah pelajaran
Pelajaran agar jangan pernah mengharap
Uluran tangan akan tertawar
Dikala hidup ini sedang diambang keterpurukan

Sungguh perjuangan ini adalah sesuatu yang berharga
Yang mengajari hati kita untuk melihat dan memilah
Menentukan sahabat yang tak perduli
Tatkala keberuntungan sejenak terbang menjauh
Menerangkan mataku
Ternyata sahabat sejati bukanlah sahabat yang kemarin
Ternyata sahabat sejati adalah anak-anakku sendiri
Ternyata sahabat sejati adalah pasanganku sendiri
Ternyata sahabat sejati adalah keluargaku sendiri
Sementara sahabat yang terlanjur teranggap sahabat
Hanya sosok-sosok orang yang kerdil
Yang melenggang melangkah menjauh
Ketika merasa tak ada keuntungan yang akan didapat
Dari seseorang yang sedang oleng dan terpuruk
Sepertiku

Sekarang aku bisa tertawa dalam kepedihan
Hidup yang pahit ini sungguh menyajikan misteri
Disaat keajaiban Tuhan memberiku kesempatan kembali
Aku memulai dari awal
Mengukur langkah penuh kehati-hatian
Berharap agar pelajaran yang kemarin
Dapat menuntunku untuk tidak menjadi buta
Dalam memilih sahabat sejati
Karena sahabat sejati adalah sahabat yang berbagi
Sahabat yang ikut menikmati kebahagiaan bersama
Yang mengulurkan tangan dikala susah
Yang ikut menangis dikala duka derita melanda
Yang tidak akan pernah pergi dikala kita jatuh terjerembab

Tekadku tumbuh dalam perjuangan ini
Aku harus mampu berdiri di atas kaki ini sendiri
Menapak keras dalam senyuman bangga
Dan aku akan selalu berterima kasih
Kepada sahabat-sahabatku dahulu yang berhati kerdil
Karena mereka aku mau bangkit
Karena mereka aku memiliki semangat
Semangat untuk menjadi lebih baik
Agar kelak aku bisa menyaksikan
Setinggi apa derajat para sahabatku
Sahabat-sahabat yang berhati kerdil
Yang mengangkatku dari palung cobaan
Perlahan-lahan...
Karena kezaliman yang mereka bentangkan
Dan aku berterima kasih untuk kezaliman itu
Terima kasih "Sahabat" yang berhati kerdil! Readmore »»

Friday, August 31, 2007

Arti Sebuah Nama












Ada pepatah mengatakan apalah arti sebuah nama. Namun aku berfikir bahwa nama akan menjadi do'a yang setidaknya menyertai sang anak sepanjang hidupnya. Disaat orang tua tidak bisa lagi menyertai, do'a itu akan selalu ada mengiringi kehidupan sang anak kelak. Hal ini baru menyentakku pada saat melahirkan anak kedua, dimana aku begitu memikirkan nama yang ingin hias dalam perjalanan hidupnya. Anak keduaku bernama ZAHWA RABBANI SALSABILA, yang terlahir pada tanggal 05 Desember 2004. Aku berharap dengan anak perempuanku ini dapat menjadi seseorang yang berilmu sempurna yang akan masuk ke dalam mata air surga.




Nama anak ketigaku juga memiliki do'a yang kusertakan. Sesuai dengan cerita sebelumnya, yaitu YASIR NABHAN MUSTAGHFIRIN.




Nah, anak pertamaku yang masih menggelitik pikiranku. Sebagai anak pertama, aku dulu masih bingung dengan pilihan nama yang begitu banyak, dan secara tiba-tiba aku ditanyai bidan tentang nama sang anak ketika sedang mengimunisasi pertama kalinya. Karena kebingungan aku memberikan nama Muhammad Oktaviansyah, karena dia terlahir pada tanggal 05 Oktober 2001. Aku tahu bahwa nabi Muhammad adalah nabi yang sangat mulia, namun aku kurang sreg dengan mengkombinasikan nama beliau dengan oktaviansyah, apalagi beberapa orang mengatakan bahwa okta itu keras dan kepala batu. Antara percaya dan tidak percaya, tapi selama ini semua terlihat jelas. Bahkan anak yang paling keras dan sering bermasalah diantara adik-adiknya. Maka aku berembuk dengan suamiku untuk mengubah namanya menjadi nama Islam yang utuh, yaitu MUHAMMAD YUSUF ALKHWARIZMI. Kami berharap dia bisa menjadi mengikuti suri tauladan nabi Muhammad dan nabi Yusuf, dan dapat menjadi tokoh besar dalam bidang IT yang bisa berguna bagi bangsa dan negaranya kelak.




Itu adalah nama anak-anakku saat ini. Pepatah bisa saja mengatakan apalah arti sebuah nama. Namun bagiku, nama adalah sebuah do'a yang akan selalu menyertai sepanjang hayat. Dan dari sebuah buku yang pernah kubaca, bahwa salah satu durhaka orang tua terhadap anak adalah dengan tidak memberikan nama Islam yang mengandung do'a terhadap anak. Amin...
Readmore »»

Yasir Nabhan Mustaghfirin


Cerita bahagia ini agak terlambat ku-posting diblogger ini. Tapi pastinya tidak ada kata terlambat untuk sesuatu yang membahagiakan dalam hidup ini. Cerita yang tertunda ini dimulai dari tanggal 27 Juli 2007 pukul 08 malam kurasakan mules yang sedikit mengusik pekerjaan dan pikiranku, maklum kandungan ketigaku sudah memasuki sembilan bulan dan perkiraan kelahirannya adalah tanggal 31 Juli nanti. Lalu bergegas aku diantarkan ke bidan dan anak-anak dititipkan ke budenya. Sepanjang malam kontraksi terus kurasakan menyakitkan dan perasaan ingin buang air sangat menyiksaku. Namun herannya menjelang subuh, rasa sakit itu menghilang hingga membuatku berubah pikiran ingin cepat pulang kerumah, karena aku kangen anak-anak. Tapi suami menyuruhku untuk tinggal saja seraya menunggu mungkin ada perkembangan selanjutnya. Ternyata benar, jam sepuluh aku telah melahirkan seorang bayi mungil dengan tiga lilitan tali pusar. Dan persalinan kali ini adalah persalinan yang paling sukar kuhadapi dari persalinan anak-anakku sebelumnya. Semua berjalan secara natural, tanpa suntikan dan pemecahan ketuban dari bidan. Namun setelah si jagoan muncul ke dunia, rasa sakit itu menghilang tergantikan oleh kebahagiaan dan rasa syukur terhadap kekuasaan Allah SWT. Jagoan ketigaku ini lahir pada tanggal 28 Juli 2007 dan kami namai dengan nama YASIR NABHAN MUSTAGHFIRIN. Yang artinya sesuatu yang dimudahkan dan dimuliakan serta selalu beristighfar. Kami berharap dalam sebuah nama akan selalu ada do'a yang menyertainya dalam kehidupannya agar dia selalu diberikan kemudahan serta kemuliaan dalam menjalani hidup, namun tidak pernah membuatnya lupa untuk beristighfar terhadap sang Pencipta. Amien...
Readmore »»

Sunday, January 14, 2007

Once upon a time...(3)

Well, let us go on...
Masih dalam malam yang sama. Tiba-tiba dalam tidur yang kurang nyenyak terdengar teriakan 'Siap sholat!!!' dengan tasbih yang berukuran besar seperti tasbih yang dibawa biksu dipukulkan ke badanku dengan keras oleh anak-anak yang dikatakan sebagai anak lama. Oh my God, what happened? Bayangkan, kita dibangunkan pada saat jam dua dini hari didaerah pegunungan dan disuruh mengantri didepan kamar mandi (maaf) dalam keadaan naked. Semuanya dimandikan oleh pembimbing kami secara bergantian. Ritual ini dinamakan mandi taubat. Sungguh tubuhku tidak bisa bergerak sama sekali ketika selesai dimandikan. Wajar saja, jam dua dini hari dan mengantri dengan tubuh tak berbalut dan diguyur oleh air yang mengalir dari pegunungan didaerah yang dingin pula. Tentu pengalaman semacam ini secuil pun tidak pernah ada dalam benakku sebelumnya.
Setelah ritual itu, kami harus menjalankan berbagai macam sholat sunat, sholat subuh sampai jam tujuh pagi harinya. Dan mata tidak boleh tertidur karena kita harus berdzikir dengan cara berteriak, karena dzikir yang teriak itu akan cepat terdengar ke langit. Bagiku agak terdengar janggal, tapi harus dilakukan juga. Jika tidak, tasbih dari anak lama akan menyabet badan kita tanpa rasa kasihan. Yang menyesakkan hati, ketika kami harus berdzikir dengan cara berteriak, mereka yang merasa anak lama bebas tidur seenaknya. Jika terbangun, maka akan mencari anak baru yang keliatannya mengantuk atau tertidur.
Malam itu aku bertekad, aku tidak boleh menangis dan harus bertahan. Mulai saat itu aku menjalankan hidup sesuai dengan air yang mengalir. Selalu bersyukur dalam keadaan apa pun dan dimana pun. Dan itu akan menjadi mottoku di masa yang akan kujalani hari demi hari hingga ajal menjadi pemisah antara dunia dan kematian. To be Continued
Readmore »»

Saturday, January 13, 2007

Once upon a time...(2)

Masa-masa yang berlalu terasa masih segar dalam ingatan. Ketika orang tuaku berembuk dengan seluruh keluarga besar untuk memondokkan aku ke sebuah pesantren yang tidak perlu kuceritakan keberadaannya. Pokoknya tempatnya sangat terpencil dan pertama kali menginjakkan kaki disana terasa sedikit mengerikan.
Itu kali pertama aku keluar dari daerah Sumatera untuk menjalani kehidupan sendiri jauh dari jangkauan orang tua. Aku dimasukkan ke sebuah pesantren yang orang tuaku sendiri tidak tahu pesantren apa itu sebenarnya. Keluarga besar hanya tahu bahwa itu adalah pesantren yang nota bene-nya benar-benar pesantren.
Bahkan saat menitipkanku pertama kali pun orang tua sama sekali tidak mengetahui bahwa itu adalah tempat rehabilitasi anak-anak korban NARKOBA, barang yang sangat awam bagiku saat itu. Mereka pergi dan meninggalkanku dalam kebingungan atas kejanggalan-kejanggalan yang kutemukan di hari pertama aku tinggal di Pesantren itu.
Hari pertama sungguh cukup menghenyakkan jiwaku sebagai orang yang baru pertama kali melihat dunia luar. Bahkan telingaku selalu mendengar suara seseorang yang menjerit seperti orang gila didalam sebuah kerangkeng gelap dalam kamar berlantaikan tanah dilantai bawah, disebelah kamar mandi yang penuh hal-hal yang menjijikkan, yang kemudian aku tahu bahwa itu kamar mandi untuk anak-anak yang maaf, gila atau sinting. What?!? Ini pesantren atau rumah sakit jiwa? Sungguh, aku menjadi marah dan kecewa. Apakah aku ini dianggap sinting sehingga aku dilempar kedalam sini. Tapi aku mencoba tenang dan menerima segalanya dengan ikhlas.
Malam harinya, aku lebih terkaget-kaget lagi. Kamar kami adalah sebuah barak yang luas dengan puluhan kasur terbentang berderet. Didaerah paling sudut ternyata diperuntukan untuk orang-orang yang kurang waras, dimana ada yang tersenyum sendiri, ngoceh sendiri, bahkan berludah-ludah seraya memasukkannya kedalam saku bajunya. Rasanya ingin muntah melihat pemandangan seperti itu.
Ditambah anak-anak yang dikatakan sebagai anak lama atau senior lah istilahnya menjadi orang yang paling berkuasa dan paling kejam terhadap anak baru. Bahkan malam pertama itu juga aku melihat salah satu anak stress mendapat terjangan kaki dikepalanya hingga membentur ke dinding dengan keras. Demi Allah, saat itu aku benar-benar ingin pulang.
Satu lagi yang membuat aku merinding, malam itu juga yang membuka mataku bahwa begitu banyak hal-hal yang tidak pernah aku tahu. Ketika aku melihat kejanggalan dua orang wanita muda saling bercengkrama dalam selimut, tapi dengan nada kemesraan. Ternyata itu yang dinamakan LESBI. Betapa kasihan...
Dengan perasaan kacau-balau kuusahakan tidur dalam do'a. Saat itu adalah tanggal 23 Juli 1997, tepat ulang tahun papa tercintaku. To be continued...
Readmore »»

Once upon a time...

Aku adalah anak kedua yang terlahir dengan nama Endang Agusthorina pada tanggal 27 Agustus 1977 dalam naungan bintang Virgo. Aku menghabiskan masa kecil hingga beranjak remaja di kota Palembang. Bermacam tingkah pola telah kujajaki, dari sebagai anak penurut, pemalu, gak tau malu, hingga sebagai anak pemberontak. Tapi aku bersyukur telah mengalami hal-hal yang berubah-ubah seperti itu. Karenanya aku bisa merasakan bahwa hidup ini penuh warna dan memberikan tambahan pengalaman dalam menjadi seorang yang mandiri. Ditambah aku mendapatkan seorang suami yang memiliki jiwa besar dalam menghadapi hidup sendiri, itu menambah semangatku untuk tidak menjadi anak yang manja dan selalu bangga jika bisa berdiri diatas jejak kita sendiri.
Dahulu bakatku dibidang Bahasa Inggris tidak mendapatkan dukungan dari orang tua yang menganggap bahwa pilihanku tidak akan membawa masa depan yang cerah kelak. Sehingga aku terbentuk menjadi anak setengah penurut dan setengah pemberontak. Menjalani masa kuliah pada jurusan yang sama sekali tidak menarik minatku dengan ogah-ogahan. Hingga akhirnya orang tuaku menyerah dan lebih menganggapku sebagai 'bad girl'. Hingga mereka memutuskan aku untuk dikirim kesuatu daerah terpencil di Jawa Barat yang dinamakan Pesantren dalam tanda kutip. To be continued.
Readmore »»

My dearest husband


Yayangkoe ini adalah mantan pacarku yang sudah menemani kehidupanku kurang lebih enam tahun. Sebelum ketemu di Jakarta, dia adalah arek Bangil yang terlahir pada tanggal 15 Desember 1974 dibawah naungan bintang Sagitarius. Setelah menamatkan kuliahnya, dia telah melanglang buana merantau keluar dari tempat kelahirannya dari Bali, Bandung, Jakarta, Palembang sampai Cilegon saat ini. Ha...ha...ha...Siapa yang sangka bahwa soulmate-ku ternyata berasal dari pulau yang berbeda, JAWA TIMUR. Itulah kuasa Tuhan, kita
tidak akan pernah mengerti mengapa orang yang sama sekali belum pernah kita kenal dari kecil dan kita kenal dalam waktu yang singkat, adalah soulmate yang sebenarnya. Itu lah kuasa Tuhan. Just wait another story yang membuat aku selalu BERSYUKUR.









Readmore »»

Soulmate

Ternyata kami adalah SOULMATE




Readmore »»
MUHAMMAD YUSUF ALKHWARIZMI
&
Z A H W A R A B B A N I S A L S A B I L A

Readmore »»

Popular Posts

Pages