The Inspiring Quote

"Apabila engkau merasa letih karena berbuat kebaikan, maka sesungguhnya keletihan itu akan hilang dan kebaikan akan terus kekal.
Sekiranya engkau bersenang-senang dengan dosa, maka sesungguhnya kesenangan itu akan hilang dan dosa yang dilakukan akan terus kekal."
(Umar bin Al-Khathab)

Sunday, January 14, 2007

Once upon a time...(3)

Well, let us go on...
Masih dalam malam yang sama. Tiba-tiba dalam tidur yang kurang nyenyak terdengar teriakan 'Siap sholat!!!' dengan tasbih yang berukuran besar seperti tasbih yang dibawa biksu dipukulkan ke badanku dengan keras oleh anak-anak yang dikatakan sebagai anak lama. Oh my God, what happened? Bayangkan, kita dibangunkan pada saat jam dua dini hari didaerah pegunungan dan disuruh mengantri didepan kamar mandi (maaf) dalam keadaan naked. Semuanya dimandikan oleh pembimbing kami secara bergantian. Ritual ini dinamakan mandi taubat. Sungguh tubuhku tidak bisa bergerak sama sekali ketika selesai dimandikan. Wajar saja, jam dua dini hari dan mengantri dengan tubuh tak berbalut dan diguyur oleh air yang mengalir dari pegunungan didaerah yang dingin pula. Tentu pengalaman semacam ini secuil pun tidak pernah ada dalam benakku sebelumnya.
Setelah ritual itu, kami harus menjalankan berbagai macam sholat sunat, sholat subuh sampai jam tujuh pagi harinya. Dan mata tidak boleh tertidur karena kita harus berdzikir dengan cara berteriak, karena dzikir yang teriak itu akan cepat terdengar ke langit. Bagiku agak terdengar janggal, tapi harus dilakukan juga. Jika tidak, tasbih dari anak lama akan menyabet badan kita tanpa rasa kasihan. Yang menyesakkan hati, ketika kami harus berdzikir dengan cara berteriak, mereka yang merasa anak lama bebas tidur seenaknya. Jika terbangun, maka akan mencari anak baru yang keliatannya mengantuk atau tertidur.
Malam itu aku bertekad, aku tidak boleh menangis dan harus bertahan. Mulai saat itu aku menjalankan hidup sesuai dengan air yang mengalir. Selalu bersyukur dalam keadaan apa pun dan dimana pun. Dan itu akan menjadi mottoku di masa yang akan kujalani hari demi hari hingga ajal menjadi pemisah antara dunia dan kematian. To be Continued
Readmore »»

Saturday, January 13, 2007

Once upon a time...(2)

Masa-masa yang berlalu terasa masih segar dalam ingatan. Ketika orang tuaku berembuk dengan seluruh keluarga besar untuk memondokkan aku ke sebuah pesantren yang tidak perlu kuceritakan keberadaannya. Pokoknya tempatnya sangat terpencil dan pertama kali menginjakkan kaki disana terasa sedikit mengerikan.
Itu kali pertama aku keluar dari daerah Sumatera untuk menjalani kehidupan sendiri jauh dari jangkauan orang tua. Aku dimasukkan ke sebuah pesantren yang orang tuaku sendiri tidak tahu pesantren apa itu sebenarnya. Keluarga besar hanya tahu bahwa itu adalah pesantren yang nota bene-nya benar-benar pesantren.
Bahkan saat menitipkanku pertama kali pun orang tua sama sekali tidak mengetahui bahwa itu adalah tempat rehabilitasi anak-anak korban NARKOBA, barang yang sangat awam bagiku saat itu. Mereka pergi dan meninggalkanku dalam kebingungan atas kejanggalan-kejanggalan yang kutemukan di hari pertama aku tinggal di Pesantren itu.
Hari pertama sungguh cukup menghenyakkan jiwaku sebagai orang yang baru pertama kali melihat dunia luar. Bahkan telingaku selalu mendengar suara seseorang yang menjerit seperti orang gila didalam sebuah kerangkeng gelap dalam kamar berlantaikan tanah dilantai bawah, disebelah kamar mandi yang penuh hal-hal yang menjijikkan, yang kemudian aku tahu bahwa itu kamar mandi untuk anak-anak yang maaf, gila atau sinting. What?!? Ini pesantren atau rumah sakit jiwa? Sungguh, aku menjadi marah dan kecewa. Apakah aku ini dianggap sinting sehingga aku dilempar kedalam sini. Tapi aku mencoba tenang dan menerima segalanya dengan ikhlas.
Malam harinya, aku lebih terkaget-kaget lagi. Kamar kami adalah sebuah barak yang luas dengan puluhan kasur terbentang berderet. Didaerah paling sudut ternyata diperuntukan untuk orang-orang yang kurang waras, dimana ada yang tersenyum sendiri, ngoceh sendiri, bahkan berludah-ludah seraya memasukkannya kedalam saku bajunya. Rasanya ingin muntah melihat pemandangan seperti itu.
Ditambah anak-anak yang dikatakan sebagai anak lama atau senior lah istilahnya menjadi orang yang paling berkuasa dan paling kejam terhadap anak baru. Bahkan malam pertama itu juga aku melihat salah satu anak stress mendapat terjangan kaki dikepalanya hingga membentur ke dinding dengan keras. Demi Allah, saat itu aku benar-benar ingin pulang.
Satu lagi yang membuat aku merinding, malam itu juga yang membuka mataku bahwa begitu banyak hal-hal yang tidak pernah aku tahu. Ketika aku melihat kejanggalan dua orang wanita muda saling bercengkrama dalam selimut, tapi dengan nada kemesraan. Ternyata itu yang dinamakan LESBI. Betapa kasihan...
Dengan perasaan kacau-balau kuusahakan tidur dalam do'a. Saat itu adalah tanggal 23 Juli 1997, tepat ulang tahun papa tercintaku. To be continued...
Readmore »»

Once upon a time...

Aku adalah anak kedua yang terlahir dengan nama Endang Agusthorina pada tanggal 27 Agustus 1977 dalam naungan bintang Virgo. Aku menghabiskan masa kecil hingga beranjak remaja di kota Palembang. Bermacam tingkah pola telah kujajaki, dari sebagai anak penurut, pemalu, gak tau malu, hingga sebagai anak pemberontak. Tapi aku bersyukur telah mengalami hal-hal yang berubah-ubah seperti itu. Karenanya aku bisa merasakan bahwa hidup ini penuh warna dan memberikan tambahan pengalaman dalam menjadi seorang yang mandiri. Ditambah aku mendapatkan seorang suami yang memiliki jiwa besar dalam menghadapi hidup sendiri, itu menambah semangatku untuk tidak menjadi anak yang manja dan selalu bangga jika bisa berdiri diatas jejak kita sendiri.
Dahulu bakatku dibidang Bahasa Inggris tidak mendapatkan dukungan dari orang tua yang menganggap bahwa pilihanku tidak akan membawa masa depan yang cerah kelak. Sehingga aku terbentuk menjadi anak setengah penurut dan setengah pemberontak. Menjalani masa kuliah pada jurusan yang sama sekali tidak menarik minatku dengan ogah-ogahan. Hingga akhirnya orang tuaku menyerah dan lebih menganggapku sebagai 'bad girl'. Hingga mereka memutuskan aku untuk dikirim kesuatu daerah terpencil di Jawa Barat yang dinamakan Pesantren dalam tanda kutip. To be continued.
Readmore »»

My dearest husband


Yayangkoe ini adalah mantan pacarku yang sudah menemani kehidupanku kurang lebih enam tahun. Sebelum ketemu di Jakarta, dia adalah arek Bangil yang terlahir pada tanggal 15 Desember 1974 dibawah naungan bintang Sagitarius. Setelah menamatkan kuliahnya, dia telah melanglang buana merantau keluar dari tempat kelahirannya dari Bali, Bandung, Jakarta, Palembang sampai Cilegon saat ini. Ha...ha...ha...Siapa yang sangka bahwa soulmate-ku ternyata berasal dari pulau yang berbeda, JAWA TIMUR. Itulah kuasa Tuhan, kita
tidak akan pernah mengerti mengapa orang yang sama sekali belum pernah kita kenal dari kecil dan kita kenal dalam waktu yang singkat, adalah soulmate yang sebenarnya. Itu lah kuasa Tuhan. Just wait another story yang membuat aku selalu BERSYUKUR.









Readmore »»

Soulmate

Ternyata kami adalah SOULMATE




Readmore »»
MUHAMMAD YUSUF ALKHWARIZMI
&
Z A H W A R A B B A N I S A L S A B I L A

Readmore »»

Popular Posts

Pages