The Inspiring Quote

"Apabila engkau merasa letih karena berbuat kebaikan, maka sesungguhnya keletihan itu akan hilang dan kebaikan akan terus kekal.
Sekiranya engkau bersenang-senang dengan dosa, maka sesungguhnya kesenangan itu akan hilang dan dosa yang dilakukan akan terus kekal."
(Umar bin Al-Khathab)

Tuesday, February 22, 2011

Bisakah kita menjadi pemanah yang menarik busur dengan kegembiraan?



Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu

Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri

Mereka dilahirkan melalui engkau,

tapi bukan darimu

Meskipun mereka ada bersamamu,

tapi mereka bukan milikmu

Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan fikiranmu

Karena mereka memiliki fikiran mereka sendiri

Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka, tapi bukan jiwa mereka

Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok,

yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi

Engkau bisa menjadi seperti mereka,

tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu

Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu

Engkau adalah busur-busur tempat anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan

Sang pemanah telah membidik arah keabadian,

dan ia merenggangkanmu dengan kekuatannya,

sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh.

Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan

Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang,

maka ia juga mencintai busur teguh yang telah meluncurkannya dengan sepenuh kekuatan

(Khalill Gibran)


Setiap kali membaca karya besar Khalil Gibran ini, saya selalu meras

akan begitu dalam dan indah makna yang diungkapkannya. Karya ini mengajarkan banyak hal dalam hidup saya.

Betapa sulit bagi kita sebagai orang tua untuk mengendalikan kemarahan kit

a, kekecewaan kita, terhadap anak-anak kita. Berawal dari pengharapan kita sebagai orang tua yang selalu berpikir anak-anak kita harus mengikuti apa yang kita inginkan. Dan, bilamana hal itu tidak tercapai, amarahlah yang kita tumpahkan kepada mereka.

Kalau melihat apa yang dituliskan oleh Khalil Gibran, anakmu bukanlah milikm

u, rasanya sebagai orang tua kita keliru menerapkan mimpi dan keinginan kita kepada anak-anak kita. Anak-anak kita memiliki impiannya sendiri, memiliki kelebihan dan kekurangan yang tidak kita miliki. Mengharapkan mereka untuk menjadi yang lebih baik dari kita adalah suatu tujuan yang luhur. Tetapi, sering kali kita lupa, anak-anak kita belajar dan mencontoh dari apa yang kita lakukan setiap hari.

Betapa miskinnya kita, kalau tidak mampu melihat kelebihan anak-anak kita dan menjadikan kita miskin akan pujian atas keberhasilan anak-anak kita. Betapa pedih hati anak-anak kita yang mimpinya terampas oleh keinginan orang tuanya. Kapan kita terakhir memuji mereka dan memberikan mereka semangat? Berapa kali kita menilai seorang anak hanya dari hasil akhir sebuah laporan nilai sekolah? Lupakah kita bahwa anak-anak kita mengalami kesulitan ketika mereka belajar? Proses anak-anak kita melawan kesenangan dirinya dan belajar adalah suatu proses pembentukan kepribadian. Tetapi hal ini menjadi luput dari pengamatan kita.

Bagi kita sebagai orang tua tidak ada kata berhenti belajar, di dunia ini tidak ada sekolah yang mengajarkan kita menjadi orang tua yang baik. Yang kita butuhkan adalah memahami arti kebutuhan dasar anak-anak kita. Mereka butuh dicintai, dihargai dan dilindungin. Setiap kemarahan kita, hendaklah kita jelaskan mengapa kita marah, mengapa kita kecewa sehingga kita tetap menjaga agar hati anak-anak kita tidak menjadi tawar dan kehilangan kasih.

Bisakah kita menjadi pemanah yang menarik busur dengan kegembiraan? Bisakah kita menjadi orang tua yang penuh kegembiraan membimbing anak-anak kita meraih mimpi dan harapannya? Kita bisa belajar dari Khalil Gibran

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

Pages