The Inspiring Quote

"Apabila engkau merasa letih karena berbuat kebaikan, maka sesungguhnya keletihan itu akan hilang dan kebaikan akan terus kekal.
Sekiranya engkau bersenang-senang dengan dosa, maka sesungguhnya kesenangan itu akan hilang dan dosa yang dilakukan akan terus kekal."
(Umar bin Al-Khathab)

Monday, February 21, 2011

Ternyata pembunuh itu memang dia...sungguh pendek akalmu, boy!

Tanggal 16 Februari kemarin santer cerita dari mulut ke mulut mampir ke telingaku tentang pembunuhan sadis 15 bacokan yang mengakibatkan kuping dan kepala korban hampir terlepas, serta luka bacok dibagian tangan. Bahkan wajah korban tidak dapat dikenali, karena paras wajahnya hampir hancur total. Mungkin benak pelaku ingin menghilangkan identitas wajah korbannya. Tapi Allah membutakan logikanya saat dia berbuat kejahatan. Sepeda motor korban, telpon genggam dan dompet masih bisa ditemukan di area kejadian, sehingga rentetan demi rentetan pun dapat dibaca jelas oleh pihak kepolisian.

Sebenarnya aku tidak terlalu mengetahui jelas berita ini sebelumnya. Tapi siswa-siswa kelas AutoCAD adalah para pekerja pabrik tempat dimana pelaku bekerja. Ciri dan background pelaku mendekati dengan identitas salah satu eks siswa yang dulu cukup dekat dengan suamiku sebagai instruktur dan siswa. Tapi itu baru sekedar dugaan, meski terasa kemungkinannya begitu kuat. Aku sedikit membuang kecurigaanku. Tidak mungkin lah, dulu dia begitu sopan, pendiam dan santun dalam berbicara. Bahkan di beberapa kesempatan dia sering membawakan oleh-oleh kerupuk buatan orang tuanya. Suamiku pernah bercerita kalau dia mengambil kursus ditempatku dengan mengumpulkan uang sedikit demi sedikit. Bahkan pernah sekali waktu ketika hujan suamiku mengantarnya pulang. Memang dia berasal dari keluarga yang tergolong kurang mampu. Tapi atas izin Allah, dia mampu bekerja disuatu pabrik yang pastinya dengan gaji sangat mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Dua hari yang lalu kebetulan mati lampu cukup lama di basecamp. Sembari menunggu acara mati lampu yang cukup lama itu, kami berkumpul didepan basecamp sambil bercerita ngalor ngidul. Sesekali topik pembunuhan ini masih segar untuk dibicarakan. Tapi saat itu keraguanku telah berganti menjadi pasti. Pembunuh tersebut benar-benar dia, eks siswaku yang terlihat santun dan pemalu. Dia ditangkap ditempat kerjanya keesokan hari setelah peristiwa itu.
Ada salah satu siswa AutoCAD yang kebetulan datang untuk belajar. Tapi karena lampu mati, maka acara malam itu cuma obrol-obrol saja. Dia bekerja satu pabrik dengan si pembunuh santun tersebut. Bahkan foto-foto korban yang penuh kesadisan tersimpan dengan jelas di handphone-nya. Semua orang bersemangat untuk melihat. Tapi tidak dengan aku. Mengetahui ceritanya saja sudah bergidik, apalagi melihat jelas hasil kekejaman itu. Kedua temanku sesama perempuan, Iip dan Lia, dengan tanpa takut sedikit pun meneliti dengan jelas gambar-gambar yang ada didalam ponsel tersebut. Walhasil, keesokannya mereka mengeluh tidak bisa makan karena terbayang-bayang foto-foto tersebut. Maaf...aku tidak turut bersedih, tapi girang. Karena sebelumnya aku sudah mengingatkan untuk tidak melihat :D

Tapi yang kusesalkan adalah motif pembunuhan yang dilakukan pelaku. Hanya karena membela seorang wanita yang belum sama sekali berstatus sebagai istrinya, dia rela mengorbankan segala hal yang diperolehnya dengan susah payah, bahkan kasih sayang dan martabat orang tuanya dipertaruhkan. Masya Allah...beberapa kali aku beristighfar jika mengingat masalah ini.
Versi menurut cerita yang beredar hampir tidak sesuai dengan yang ada di pemberitaan via internet yang kutelusuri. Wanita yang dibela ini hanya disalahgunakan saja dengan meminjam dua ponselnya untuk memancing korban agar mendatangi tempat kejadian. Pelaku merasa tersinggung karena korban sering mengirim pesan ke pacarnya yang dulu pernah jadi pacar korban, dengan tujuan ingin mengajak tidur. Karena emosi, akhirnya korban merencanakan skenario pembunuhan itu dengan membalas sms korban melalui ponsel pacarnya.
Sedangkan versi cerita yang beredar ditelingaku, pacar korban memang merupakan wanita yang kurang lurus (katanya). Memang korban adalah bekas pacarnya yang ingin mengajak 'balikan' kembali pada tanggal 14 Februari tadi. Entah ada perang mulut atau tidak dengan pelaku, wanita yang diperebutkan itu mengirim salah satu pesan singkat dalam sms kepada pelaku, yang berisikan menyuruh membunuh korban jika memang mencintainya. Karena korban terlalu melecehkan harga dirinya dengan kata-kata yang kurang pantas. Sang pelaku juga merasa tersinggung dan mungkin ingin membela pacarnya mati-matian, hingga gelap mata seperti itu. Astaghfirullah...pastilah hanya penyesalan yang tersisa saat ini. Satu nyawa telah melayang, orang tua dan keluarga menjadi sorotan dan dipermalukan, serta pekerjaan lepas begitu saja, bahkan masa depan otomatis menjadi suram dengan ancaman hukuman seumur hidup menunggu untuk divoniskan. Emosi..jika tidak bisa dikendalikan..memang selalu memberikan kerugian. Hmmm....apa benar harga diri itu begitu mahal...?

Semalam browsing via internet iseng mencari tahu mengenai pelaku. Akun Facebooknya bisa terbaca. Isinya tidak ada menunjukkan ciri orang yang sadis. Bahkan kadang ada status yang mendo'akan orang tuanya dan moto-moto hidup. Ketika menelusuri search engine Google, terpampang seorang pesakitan yang masih memakai pakaian buruh pabrik, tapi sudah dalam keadaan sobek dan tak karuan. Mukanya lebam dan hampir tidak terlihat muka siswaku yang dulu. Yah..itulah proses interogasi.
Tiba-tiba aku begitu merasa kasihan, tapi bukan padanya...aku kasihan pada keluarganya. Betapa menyakitkan dan menyedihkan melihat anak yang disekolahkan dengan susah payah dalam keadaan ekonomi yang pas-pasan, dan ketika berhasil dalam jangka waktu yang tidak lama, tiba-tiba harus terenggut kebebasannya untuk alasan yang tidak bisa diterima oleh pihak keluarga. Bayangkan, membela seorang wanita yang belum tentu menjadi istri dan secara kebetulan wanita tersebut memiliki cerita latar belakang yang kurang berkenan (katanya). Apakah tidak berartinya kasih sayang dalam sebuah keluarga, jika keadaan harus terjerembab dalah kondisi seperti ini. Ah...kembali lagi pada emosi. Emosi yang terlalu berlebihan selalu memberikan dampak negatif sangat merugikan.
Sungguh pendek sekali akalmu, boy...!

Semoga pelajaran ini dapat kita petik hikmahnya. Bahwa kita harus menjaga emosi dan mencoba berpikir positif. Tak ada perselisihan yang berlarut-larut jika segala sesuatunya dapat dibicarakan. Aku hanya mendo'akan semoga arwah korban dapat tenang dan tidak menimbulkan hal-hal yang menakutkan, dan semoga pelaku mendapat hidayah atas kejadian ini, serta keluarga mereka semua diberikan kekuatan atas ini semua. Dan semoga kita semua dapat selalu menjaga emosi dengan selalu 'thinking positively' dalam setiap tindakan. Amiin...

2 comments:

  1. Astaghfirullah....
    Thanks cerita & masukannya, bu... :)

    ReplyDelete
  2. Sama2 miss...yang sungguh kusayangkan lagi...cerita ini menjadi terkenal karena pembunuhnya dikatakan orang dari Palembang. Tapi ketika orang membawa nama Palembang, aku hanya tersenyum dan menjadikannya guyonan...'makanya hati-hati sama saya'...wkwkwkwkwk

    ReplyDelete

Popular Posts

Pages